Ikhtibar Tahfizh al-Qur’an atau yang lebih dikenal dengan istilah “ulangan hafalan al-Qur’an” merupakan kegiatan rutin dari Pesantren Persis 27 setiap akhir semesternya dan kali ini merupakan ikhtibar perdana Pesantren 27. Dalam kegiatan ini seluruh santri dituntut untuk menyetorkan seluruh hafalan al-Qur’annya selama satu semester tersebut kepada para muhafizh (penguji) yang telah ditentukan sebelumnya. Target yang ditentukan oleh Pesantren sendiri di semester pertama ini adalah minimal 5 juz untuk santri Mu’allimin (juz 26-30) dan minimal 3 juz (juz 28-30) untuk santri Tsanawiyyah.
Kegiatan ini diselenggarakan selama empat hari, dimulai dari Senin tanggal 25 November 2019 sampai Kamis 28 November 2019. Ikhtibar tahfizh ini dilaksanakan di lingkungan sekitar Pesantren Persis 27 seperti kelas, perpustakaan, masjid, dll. Kegiatan ini bertujuan untuk menguji kualitas dan kuantitas hafalan al-Qur`an santri agar mempunyai hafalan yang sempurna dan berkualitas, karena masih banyak hari ini penghafal al-Qur’an yang hanya mementingkan kuantitas hafalan tanpa memperhatikan kualitasnya; sekedar pernah hafal tanpa memuraja’ah lagi hafalannya.
Santri dibagi ke dalam berbagai kelompok (majmu’ah) dimana masing-masing majmu’ah dipimpin oleh seorang muhafizh. Jumlah majmu’ah santri Mu’allimin adalah 9 majmu’ah, sementara Tsanawiyyah 6 majmu’ah.
Setiap santri diberi waktu untuk menyetorkan hafalannya. Waktu setiap santri dalam menyetorkan hafalannya berbeda-beda, paling sebentarnya setiap harinya diberi waktu selama 45 menit sedangkan yang paling lama diberi waktu selama 2 jam. Penentuan waktu ini ditentukan berdasarkan kuantitas dari hafalan setiap santrinya. Namun penentuan waktu ini tidak baku harus seperti itu sesuai kebutuhan saja, kadang ada yang lebih dulu selesai sebelum waktu habis ada pula yang melebihi dari waktu yang ditentukan.
Kegiatan ini diadakan oleh Pesantren untuk mengukur konsistensi santri dalam menjaga hafalannya. Karena Nabi saw telah memerintahkan umat Islam untuk selalu mengulang-ngulang hafalan al-Qur’an dengan menyamakan hafalan dengan seekor unta, bila diikat dengan cara memuraja’ahnya pada setiap shalat sunnah, atau dalam waktu senggang maka hafalan itu akan selalu ada dalam ingatan, namun bila dilepaskan dengan tidak memuraja’ah maka mustahil hafalan itu ada dalam ingatan. Oleh karena itu kegiatan ini sangatlah penting untuk diadakan dan diharapkan kula kegiatan ini dapat menjadi tadzkirah bagi seluruh penghafal al-Qur’an terkhusus bagi santri Pesantren 27 bahwa tujuan menghafal al-Qur’an tidaklah sekedar hafal atau pernah hafal, namun untuk diamalkan dan dijadikan bacaan dalam shalat.
Acara ini berlangsung kondusif, seluruh santri menyetorkan hafalanya dengan baik. “Alhamdulillah selama ikhtibar tahfizh ini ana masih bisa menyetorkan hafalan dengan baik dan lancar walaupun di sisi lain ada kendala tersendiri yang sedikit menghambat proses penyetoran, namun semua itu tidak menjadikan hambatan yang besar bagi kegiatan ini.” ucap Muhammad Falah Dhiaulhaq; salah satu santri Pesantren Persis 27.
*) Liputan Rifki Azkya Ramadhan, santri Mu’allimin Pesantren Persis 27.