فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الطُّوفَانَ وَالْجَرَادَ وَالْقُمَّلَ وَالضَّفَادِعَ وَالدَّمَ آيَاتٍ مُفَصَّلَاتٍ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا مُجْرِمِينَ
Maka Kami kirimkan kepada mereka topan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. (QS. Al-A’raf [7]: 133)
Kronologi Turunnya Azab
Tiga ayat sebelumnya dari surat al-A’raf ini (130-132), Allah menceritakan bagaimana Fir’aun dan kaumnya diuji dengan musim kemarau sehingga Mesir saat itu dirundung paceklik. Namun peringatan tersebut malah membuat mereka tetap dalam pembangkangan dan kekufuran.
وَلَقَدْ أَخَذْنَا آلَ فِرْعَوْنَ بِالسِّنِينَ وَنَقْصٍ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ
Dan Sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir’aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran. (QS. Al-A’raf [7]: 130)
Bahkan Fir’aun dan kaumnya malah bersikap sombong. Hal tersebut terlihat dari sikap mereka saat kesuburan, kemakmuran, panen, dan segala kenikmatan yang mereka dapati, mereka menyandarkan itu semua karena hasil jerih payah mereka. Sebaliknya, jika kesusahan, kesulitan, dan segala kejelekan yang menimpa mereka, Nabi Musa dijadikan penyebab kesialan itu semua.
فَإِذَا جَاءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوا لَنَا هَذِهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا بِمُوسَى وَمَنْ مَعَهُ أَلَا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: “Itu adalah karena (usaha) kami”. Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS. Al-A’raf [7]: 131)
Dan mereka malah menganggap apa yang dibawa dan disampaikan Nabi Musa adalah sihir untuk memperdaya mereka. Mereka dengan tegas dan sombong menyatakan diri tidak akan pernah beriman kepada Nabi Musa.
وَقَالُوا مَهْمَا تَأْتِنَا بِهِ مِنْ آيَةٍ لِتَسْحَرَنَا بِهَا فَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ
Mereka berkata: “Bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu”. (QS. Al-A’raf [7]: 132)
Lalu datanglah kepada mereka berupa angin topan, belalang, kutu, katak, dan darah sebagai azab karena pembangkangan dan kesombongan mereka.
Maka Kami kirimkan kepada mereka topan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. (QS. Al-A’raf [7]: 133)
Mengenai jenis azab yang Allah turunkan kepada Fir’aun dan kaumnya, telah dibahas dan disinggung dalam berbagai tafsir. Di bawah ini akan dideskripsikan jenis siksaan yang tercantum dalam ayat tersebut:
Pertama, topan. Ibnu Katsir menafsirkan bahwa topan yang maksud ayat tersebut ialah hujan lebat yang merusak seluruh ekosistem dan menyebabkan kematian yang banyak.
قال الله تعالى : { فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الطوفان } اختلفوا في معناه ، فعن ابن عباس : كثرة الأمطار المغرقة المتلفة للزروع والثمار ، وعنه : هو كثرة الموت ، وقال مجاهد : { الطوفان } الماء والطاعون
Allah Ta’ala berfirman, “Maka Kami kirimkan kepada mereka topan”. Telah diperselisihkan mengenai makna topan. Dari Ibnu Abbas ia menjelaskan, “Ialah hujan lebat yang merendam lagi merusak seluruh tanaman dan buah-buahan.” Dan masih darinya, “Ialah banyaknya kematian.” Mujahid berpendapat, topan ialah air dan penyakit tha’un.” (‘Umdah, 2005: 52)
Di dalam kitab Taurat, sebagaimana yang tercantum dalam tafsir al-Maraghi, bahwa topan yang dimaksud adalah hujan disertai api turun mengenai seluruh penjuru negeri Mesir. Kejadian tersebut lalu membuat Fir’au sadar akan kesalahannya dan meminta kepada Harun dan Musa untuk menhentikan bencana tersebut, dan ia berjanji akan membebaskan kaum Bani Isra’il. (Tafsir al-Maraghi, 1946: 43)
Kedua, belalang. Belalang adalah binatang yang tidak asing dan menjadi salah satu binatang yang dikonsumsi oleh para sahabat.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِى أَوْفَى قَالَ غَزَوْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- سَبْعَ غَزَوَاتٍ نَأْكُلُ الْجَرَادَ.
Dari Abdullah bin Ubay Aufa ia berkata, “Kami pernah ikut perang bersama Rasulullah –shallaLlahu ‘alaihi wa sallam- dalam tuju peperangan yang kami (pada saat peperangan) mengkonsumsi belalang.” (Shahih Muslim no. 5157)
Adalah Fir’aun yang keras hatinya, enggan membebaskan Bani Israil dari cengkramannya. Lalu Allah memberitahukan hal itu kepada Musa dan memerintahkannya agar memperingatkan Fir’aun akan perbuatannya, bahwa Allah akan mengirimkan kepada mereka binatang belalang yang akan merusak tumbuh-tumbuhan, pepohonan, dan rumah-rumah penduduk Mesir akan dimasuki binatang tersebut. Namun Fir’aun hanya melepaskan beberapa orang Bani Isra’il saja, sehingga peringatan itu terjadi dan menghancurkan seluruh tumbuh-tumbuhan dan pepohonan, sehingga tidak ada satupun yang tersisa. Fir’aun pun menyadari kembali kesalahannya, dan memohon kepada Musa dan Harun agar Tuhan-nya dapat menghilangkan binatang tersebut.
Ketiga, kutu. Ada yang berpendapat bahwa kutu pada ayat tersebut adalah seekor ulat yang keluar dari padi; belalang kecil yang tak bersayap; binatang merayap kecil berwarna hitam; bakteri; nyamuk; dan lalat.
Keempat, katak. Allah mengirimkan katak dengan jumlah yang sangat banyak, sehingga semua katak itu masuk ke rumah-rumah mereka, makanan mereka, bahan ke mulut mereka saat mereka berbicara.
Kelima, darah. Darah yang dimaksud ialah seluruh air mesir menjadi darah, sehingga berbagai macam jenis ikan mati dan orang-orang Mesir tidak dapat meminumnya. Dan keadaan sepert itu terjadi sampai tujuh hari berturut-turut.
Kelima penjelasan mengenai kelima azab tersebut sebagian besarnya diambil dari kitab Taurat yang dikutip oleh al-Manar dan al-Maragi. Namun menurut keduanya, selama tida ada dalil, baik dalil yang menafikannya maupun yang menguatkannya. Maka cukup sebagai informasi tambahan saja.
Azab dalam Bentuk Wabah
Secara sharih tidak terdapat tafsir yang menyebut secara tegas bahwa kelima kategori azab tersebut salah satunya berbentuk wabah. Jika pun ada, hanya tafsiran individu tanpa didukung dalil yang berbentuk sebuah riwayat. Mujahid misalnya, menafsirkan topan dengan penyakit tha’un. Namun tafsirannya lemah, jika ditinjau maknanya dari segi bahasa.
Barangkali azab yang paling tepat dimasukan dalam kategori wabah adalah qummal, kutu. Jika melihat tafsirannya yang lalu, maka kosa kata yang muncul dalam tafsirannya ialah seekor ulat yang keluar dari padi; belalang kecil yang tak bersayap; binatang merayap kecil berwarna hitam; bakteri; nyamuk; dan lalat. Lalu kita bandingkan pengertiannya dengan tha’un sebagai salah satu jenis wabah.
الطاعون مصطح كان يطلق قديما على أي مرض واسع الإنتشار، مسبابا الموت الجماعي، لكنه الآن محصور في حمى معدية من خاص تسببه البكتريا العصوية التي ينقل برغوث الفئران.
Tha’un ialah sebuah istilah klasik yang mengacu kepada sebuah penyakit yang dampak penyebarannya luas, dan menyebabkan kematian secara massal. Akan tetapi sekarang pengertiannya terbatas pada gejala demam yang disebabkan bakteri pestis yang dibawa oleh kutu-kutu tikus. (al-Badzlul Ma’un, 1986: 22)
Dari pengertian di atas bisa disimpulkan bahwa kutu-kutu tikus tersebut di antara penyebab munculnya sebuah wabah yang berdampak kepada kematian secara massal. Dalam tafsir al-Mannar pun disebutkan bahwa pada rentang berbagai azab yang Allah turunkan, di antaranya muncul wabah yang melanda Mesir.
وَمِنْهَا الْوَبَاء- وَقَعَ عَلَى دَوَابِّ الْمِصْرِيِّينَ وَأَنْعَامِهِمْ فَمَاتَتْ كُلُّهَا مِنْ دُونِ مَوَاشِي الْإِسْرَائِيلِيِّينَ، فَإِنَّهُ لَمْ يَمُتْ مِنْهَا شَيْءٌ (وَمِنْهَا الْبُثُورُ وَالْقُرُوحُ الْمُنْتَفِخَةُ) أَصَابَتِ النَّاسَ وَالْبَهَائِمَ – وَمِنْ أَيْنَ جَاءَتِ الْبَهَائِمُ بَعْدَ أَنْ مَاتَتْ بِأَسْرِهَا؟
Di antaranya ada wabah yang menengai binatang dan hewan ternak milik orang-orang mesir. Semuanya mati kecuali ternak milik Bani Israil, sedikitpun tidak ada yang mati karenanya. Di antaranya ada wabah bisul dan luka yang membengkak yang menimpa orang dan hewan ternak –dan dimanakah datangnya hewan-hewan ternak itu setelah mati dengan begitu cepat disebabkan wabah.” (Tafsir al-Manar, 1364 H: 92)
Artinya, telah terjadi wabah yang menyebabkan hewan, binatang ternak, dan orang-orang meninggal dunia karenanya. Ini dijelaskan oleh al-Mannar dengan mengutip kitab Taurat sebagai tambahan informasi saja, tidak untuk diyakini juga tidak untuk ditolak. Namun jika dikaitkan dengan kelima azab yang Allah turunkan kepada Fir’aun dan kaumnya, maka qummal salah satu azab yang berbentuk wabah. WaLlahu A’lam