إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ
Sungguh, orang-orang yang mendatangkan cobaan (bencana, membunuh, menyiksa) kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan lalu mereka tidak bertobat, maka mereka akan mendapat azab Jahanam dan mereka akan mendapat azab (neraka) yang membakar (Q.S al-Buruj: 10).
Beberapa ahli tasfir menjelaskan bahwa ayat di atas mengkisahkan seorang Raja yang bernama Dzun Nuwas, yang membakar hidup-hidup orang-orang yang beriman kepada Allah ta’ala di dalam parit (al-ukhdud). Satu riwayat menyebutkan 20.000 orang yang dibakar hidup-hidup, sedangkan riwayat lain menyatakan 70.000 orang. Ayat ini bukan hanya menjelaskan banyaknya jumlah kekasih Allah yang dibunuh, namun justru membuka mata betapa luasnya ampunan Allah ta’ala. Al-Hasan al-Bashri mengatakan,
انْظُرُوا إِلَى هَذَا الْكَرَمِ وَالْجُودِ، قَتَلُوا أَوْلِيَاءَهُ وَهُوَ يَدْعُوهُمْ إِلَى التَّوْبَةِ وَالْمَغْفِرَةِ.
“Perhatikanlah kebaikan dan kemuliaan ini, mereka membunuh kekasih-kekasih Allah. Kemudian Allah menyeru mereka untuk bertaubat dan mengharap ampunan” (Tafsir Ibnu Katsir).
Jika saja Dzun Nuwas ketika itu bertaubat kepada Allah, niscaya Allah akan menerima taubatnya, meskipun puluhan ribu nyawa telah dibakar hidup-hidup. Lihatlah betapa luasnya ampunan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Jika saja seorang hamba yang pernah membunuh nyawa puluhan ribu akan diterima taubatnya jika benar-benar tulus bertaubat apalagi dosa-dosa di bawah itu.
Ampunan tanpa batas ini pun tersirat dalam hadis Qudsi dalam riwayat at-Tirmidzi. Allah ta’ala berfirman,
((يا ابنَ آدَمَ ، إنَّكَ ما دَعَوتَني ورَجَوتَني غَفَرتُ لك على ما كانَ مِنكَ ولا أُبالي ، يا ابن آدمُ لَوَ بَلَغَتْ ذُنُوبُك عَنانَ السَّماءِ ، ثمَّ استَغفَرتَني ، غَفَرْتُ لكَ ، يا ابنَ آدم إنَّك لو أَتَيتَني بِقُرابِ الأرضِ خَطايا ، ثمَّ لَقِيتَني لا تُشركُ بي شَيئاً ، لأتيتُكَ بِقُرابها مغفرةً ))
“Wahai anak Adam, tidaklah engkau berdoa kepadaKu dan berharap kepadaKu melainkan Aku ampuni dosa yang ada padamu dan Aku tidak perduli, wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu telah mencapai setinggi langit kemudian engkau meminta ampun kepadaKu niscaya aku akan mengampunimu, dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya engkau datang kepadaKu dengan membawa kesalahan kepenuh bumi kemudian engkau menemuiKu dengan tidak mensekutukan sesuatu denganKu niscaya aku akan datang kepadamu dengan ampunan sepenuh bumi.” (H.R. at-Tirmidzi).
Dalam Hadits ini terdapat tiga perkara yang akan selalu mengundang ampunan Allah ta’ala. Pertama; Selalu berharap dan berdoa kepada Allah. Bisa jadi banyaknya seorang hamba berdoa kepada Allah itu menjadi penggugur dosa-dosa yang pernah ia perbuat. Doa sebagai penggugur dosa ini sebagaimana dijelaskan dalam hadis dari Abu sa’id berikut.
عن أبي سعيدٍ ، عن النَّبيِّ – صلى الله عليه وسلم – ، قال :ما مِنْ مُسلمٍ يَدعو بدعوةٍ ليس له فيها إثمٌ أو قطيعةُ رحمٍ إلا أعطاه الله بها إحدى ثلاثٍ : إما أنْ يُعجِّلَ له دعوته ، وإما أنْ يدَّخرها له في الآخرة ، وإما أنْ يكشِفَ عنه من السُّوءِ مثلها )) ، قالوا : إذاً نُكثر ؟ قال : (( الله أكثرُ )) .وخرَّجه الطبراني، وعنده (( أو يغفِرَ له بها ذنباً قد سَلَف )) بدل قوله :(( أو يكشف عنه من السوء مثلها )) .
Dari Abu sa’id dari Nabi rbersabda, “Tidaklah seorang muslim berdoa’ dengan satu doa selama ia tidak memiliki dosa dan memutus silaturahim kecuali Allah akan memberinya salah satu dari tiga perkara; adakalanya menyegerakan pengabulan doanya, adakalanya menyimpannya kelak di akhirat dan adakalanya menghilangkan darinya bahaya, kemudian mereka berkata, “Jika demikian kami akan memperbanyak (doa). Nabi menajawab, “Allah lebih banyak (Mempersiapkan pengabuklan doa). Diriwayatkan oleh Imam ath-Thabarani dan redaksi miliknya itu, “Atau menghapus dosa miliknya yang telah lalu” mengganti sabdanya, “Menghilangkan bahaya darinya” (Ibnu Rajab, Jami’ul ‘Ulum wal Hikam).
Kedua; Memperbanyak bersitighfar kepada Allah ta’ala.
وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءاً أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللهَ يَجِدِ اللهَ غَفُوراً رَحِيماً
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S an-Nisa : 110).
Istighfar menjadi kunci ampunan Allah. Semakin banyak seorang hamba bersitighfar maka peluang ampunan Allah semakin mudah untuk didapatkan. Anjuran memperbanyak istighfar ini sebagaimana yang disampaikan oleh al-Hasan Al-Bashri.
أَكثِروا من الاستغفار في بيوتكم ، وعلى موائدكم ، وفي طُرقكم ، وفي أسواقكم ، وفي مجالسكم أينما كُنتم ، فإنَّكم ما تدرون متى تنْزل المغفرة
“Perbanyaklah Istighfar di rumah-rumah kalian, di tempat-tempat makan kalian, di jalan-jalan, di pasar-pasar dan di majlis-majlis kalian karena kalian semua tidak tahu kapan ampunan Allah itu diturunkan” (Ibid.).
Ketiga; Mempertahankan Tauhid dalam hati sampai akhir hayat. Tauhid inilah yang akan menjadi penentu ampunan Allah kelak di akhirat. Hilang ketauhidan dalam hati maka hilang pula peluang mendapatkan ampunan Allah ta’ala.
إِنَّ اللهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapamempersekutukan Allah, makasungguh, diatelahberbuatdosa yang besar. (Q.S an-Nisa : 48).
Tiga hal inilah yang jangan pernah kita lepaskan jika ingin menapaki jalan taubat kepada Allah ta’ala. Pertama, selalu berharap dan berdoa kepada Allah; kedua, memperbanyak istighfar; dan ketiga, mempertahankan ketauhidan sampai kita bertemu dengan Allah ta’ala. Tiga hal ini pula yang disiinggung oleh Abu Nawas dalam syairnya sebagai mana berikut,
يا ربِّ إن عَظُمَت ذُنوني كَثرةً
فلقَد علِمتُ بأنَّ عَفوكَ أعظَمُ
إن كان لا يرجوك إلا مُحسنٌ
فمَن الذي يَرجو ويدعُو المُجرمُ
مالي إليك وسيلةٌ إلاَّ الرجا
وجَميلُ عفوك ثم إنِّي مُسلِمُ
Wahai Rabku jika dosaku teramat banyak
Sungguh aku meyakini ampunan-Mu lebih banyak
Jika yang berharap kepada-Mu hanya orang shalih saja
Maka kepada siapa lagi hamba yang berdosa ini berdoa’ dan berharap
Washilah yang ku miliki hanyalah harapan, Keindahan ampunan-Mu dan Sungguh aku ini seorang Muslim.