Sukmawati dalam pidatonya membandingkan Ir. Soekarno dengan Nabi Muhammad saw. Pidato tersebut disampaikan pada acara Mabes Polri. Kita tentu bertanya tanya mengapa Sukmawati membandingkan Soekarno dengan Nabi Muhammad saw. Mengapa Sukmawati tidak membandingkannya dengan tokoh-tokoh yang lain seperti Thomas Alfa Edison, Nelson Mandela, atau tokoh-tokoh dunia yang lain. Tentu kita berpikir apa maksud dari ucapan Sukmawati tersebut? Terlepas dari maksud dan klarifikasinya, alangkah tidak elok jika Ir. Soekarno dibandingkan dengan Nabi Muhammad saw.
Ir. Soekarno memang punya jasa besar bagi bangsa Indonesia, apalagi pada masa-masa kemerdekaan. Beliau terkenal sebagai Bapak Proklamator. Tapi sekali lagi, atas jasa yang dilakukan Ir. Soekarno tidak etis jika dibandingkan dengan sosok Rasulullah saw, karena Rasulullah saw adalah makhluk yang paling sempurna dan juga sebagai suri tauladan bagi umat manusia.
Sejatinya, kita selaku umat Nabi saw, harus menjadikan Muhammad saw sebagai idola kita, bukan malah melecehkan dengan merendahkannya di bawah Soekarno. Dalam hal ini kita harus bisa mengambil pelajaran atas kehadiran Nabi Muhammad saw. Rasulullah saw bukanlah sekedar sosok jenius yang sangat terpandang di kalangan kaumnya. Lebih dari itu, beliau adaah utusan Tuhan yang risalahnya didukung oleh Allah swt dan diturunkan langsung dari hadirat-Nya.
Muhammad saw merupakan sosok suri teladan yang paling luhur dalam segala sendi kehidupan. Segala tindak-tanduknya diikuti. Tidak diragukan lagi, contoh luhur apapun yang dicari manusia, mereka pasti dapat menemukannya pada sosok pribadi Rasulullah saw dengan sangat jelas dan sempurna. Itulah mengapa Allah swt sendiri menisbatkan Rasulullah saw sebagai teladan bagi umat manusia. Allah swt berfirman:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab [33] : 21)
Dari sosok Muhammad saw kita semakin mudah memahami al-Qur`an sekaligus merasakan semangat dan hal-hal yang diinginkan olehnya. Apalagi, sebagian besar ayat al-Qur`an memang ditafsirkan dan dijelaskan oleh hadits Rasulullah saw. Bagi kita, beliau adalah seorang guru, juru penerang, murabbi paling utama yang telah berhasil dengan baik dalam menerapkan semua metode pendidikan paling cemerlang di sepanjang fase dakwah yang beliau jalani.
Muhammad saw jelas-jelas menyajikan berbagai contoh budi pekerti-akhlaq yang luhur; seorang pemuda jujur terpercaya di kalangan kaum dan sahabatnya, da’i yang selalu menggunakan jalan hikmah dan kata-kata yang baik, pejuang yang mencurahkan segenap tenaga, daya dan upaya yang dimiliki untuk menyampaikan misi yang ia emban, seorang pemimpin negara yang selalu berhasil menyelesaikan perkara apa pun dengan adil dan cermat, seorang suami teladan yang begitu baik dalam memperlakukan istri-istrinya, seorang bapak yang dengan segala kelembutannya selalu pandai memilih hak dan kewajiban yang layak bagi setiap anak dan istrinya, seorang panglima perang yang hebat dan terpercaya, serta seorang muslim sempurna yang berhasil menghimpun antara kewajiban untuk beribadah dan berbakti kepada sang Khaliq dengan pentingnya bergaul dengan keluarga dan para shahabatnya.
Kesempurnaan yang dimiliki Rasulullah saw menjadikan kita mengidolakannya, menghormatinya, serta menjadikan sosok beliau sebagai pengubah daya pikir dan nalar kita ke arah yang baik, benar, dan lurus berdasarkan fitrah agama Islam. Dan yang perlu diingat dan dicatat oelh kita, Rasulullah sangat mencintai kita sebagai umatnya dan yang akan memberikan syafa’at di akhirat nanti.
إِنَّمَا مَثَلِي وَمَثَلُ النَّاسِ كَمَثَلِ رَجُلٍ اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ جَعَلَ الْفَرَاشُ وَهٰذِهِ الدَّوَابُّ الَّتِي تَقَعُ فِي النَّارِ يَقَعْنَ فِيهَا فَجَعَلَ يَنْزِعُهُنَّ وَيَغْلِبْنَهُ فَيَقْتَحِمْنَ فِيهَا فَأَنَا آخُذُ بِحُجَزِكُمْ عَنْ النَّارِ وَهُمْ يَقْتَحِمُونَ فِيهَا
“Perumpamaan diriku dan manusia yang aku dakwahi adalah bagaikan seseorang yang menyalakan api (lampu). Di kala api itu menyinari sekelilingnya, menjadikan serangga-serangga dan hewan menuju api itu, kemudian orang tersebut menarik serangga-serangga, tetapi mereka menuju kepadanya dan terjerumus dalam api. Maka akulah yang menarik ikat pinggang kalian dari api, ketika mereka terjerumus di dalamnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Seperti inilah sosok mulia Muhammad saw. Masih adakah yang berani membandingkan sosok Muhammad saw dengan sosok manusia biasa? Wal-‘Llahu a’lam.
Oleh : Rosad Nurdin (Mahasiswa Pascasarjana UNINUS Bandung, Staf Pengajar Pesantren Persis 27)