Hanya hitungan hari saja kita akan bertemu dengan bulan Ramadhan. Kegembiraan dalam menyambut Ramadhan merupakan tanda baiknya keimanan seorang hamba kepada Allah ‘azza wa jalla. Kegembiraan ini pula pernah Nabi saw. tampakan kepada para sahabat dahulu ketika datangnya bulan Ramadhan.
أَتَاكُمْ رَمَضَانُ ، شَهْرٌ مُبَارَكٌ ، فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ ، تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ ، وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ ، وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ ، لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
“Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan bulan yang diberkahi. Allah ‘Azza wa Jalla telah mewajibkan shaum di bulan itu kepada kalian, akan dibuka padanya pintu-pintu langit dan akan dikunci padanya pintu-pintu neraka jahim dan dibelenggu padanya setan-setan, di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari pada seribu bulan bagi Allah, barang siapa yang terhalang kebaikannya maka ia telah terhalang dari kebaikan seluruhnya”(H.R an-Nasai Bab dzikrul Ikhtilaf wa ‘Ala Ma’marin fihi. No 2106)
Mengenai Hadis ini, Imam Ibnu Rajab mengatakan,
Sebagian ulama berkomentar tentang hadis ini, hadis ini adalah hadis pokok dalam ucapan selamat antara seseorang dengan yang lainnya dalam menyambut bulan Ramadhan bagaimana mungkin seorang yang beriman tidak bahagia dengan dibukakan pintu-pintu surga, bagaimana mungkin orang yang berdosa tidak bahagia dengan dikuncinya pintu-pintu neraka, dan bagaimana mungkin orang yang berakal tidak bahagia dengan waktu yang di dalamnya setan-setan dibelenggu. Waktu mana yang menyerupai waktu bulan Ramadhan ini? (Lathaiful Ma’arif : 147)
Karena mulianya bulan Ramadhan ini, maka Nabi saw. dan para ulama salaf benar-benar mempersiapkan diri bahkan jauh-jauh hari sebelum Ramadhan. Di antara amal yang dilakukan oleh Nabi saw adalah memperbanyak shaum di bulan Sya’ban.
قال أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ: يَا رَسُوْلَ اللهِ لَمْ أَرَكَ تَصُوْمُ شَهْرًا مِنَ الشُّهُوْرِ مَا تَصُوْمُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبَ وَ رَمَضَانَ وهو شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيْهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِيْنَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Usamah ibn Zaid bertanya: “Wahai Rasulullah, kenapa aku tidak melihat anda shaum pada satu bulan sebagaimana shaum anda pada bulan Sya’ban?” Nabi saw menjawab: “Itu adalah bulan yang dilupakan oleh orang-orang, ada di antara Rajab dan Ramadlan, padahal pada bulan itu amal-amal diangkat kepada Rabbul-‘alamin, maka aku sangat ingin ketika amalku diangkat aku sedang dalam keadaan shaum.” (Sunan an-Nasa`i kitab as-shiyam bab shaumin-Nabiy bi abi huwa wa ummi no. 2357).
Abu Bakar al-Waraq menjelaskan menanam kebaikan untuk bulan Ramadhan itu bahkan jauh-jauh hari sejak bulan rajab. Beliau mengatakan,
شَهْرُ رَجَبَ شَهْرٌ لِلزَرْعِ وَشَعْبَانُ شَهْرُ السَقِي لِلزَرْعِ وَرَمَضَانُ شَهْرُ حَصَادِ الزَرْعِ
“Bulan Rajab adalah bulan menanam, sedangkan bulan sya’ban adalah bulan untuk mengairi adapun bulan ramadhan adalah bulan untuk memanen hasil tanaman” (Latahaiful Ma’arif : 121)
Sebagian ulama lain menggambarkan bahwa bulan ramadhan terikat dengan keshalihan bulan bulan yang lainnya sebagaimana penjelasan Ibnu Rajab dalam lathiful ma’arif sebagai berikut,
“Tahun itu didibaratkan sebuah pohon. Bulan Rajab adalah hari-hari pohon itu mulai berdaun. Adapun bulan Sya’ban adalah hari-hari batang-batang pohon itu mulai terlihat. Sedangkan bulan Ramadhan adalah hari-hari memetik buahnya. Orang-orang yang berimanlah yang akan memetiknya. Bagi orang yang telah mengotori catatan amalnya maka hendaklah membersihkannya dengan bertaubat di bulan Sya’ban dan orang yang tersadar telah melalaikan umurnya dalam keburukan hendaknya ia benar-benar memperhatikan sisa umurnya di bulan sya’ban itu” (Lathaiful Ma’arif : 121)
Oleh karena itu, sudah selayaknya bagi orang-orang yang beriman memperbanyak amal shalih di bulan sya’ban demi menyambut bulan ramadhan. Amal-amal shalih itu bisa dengan memperbanyak shaum, memperbanyak tilawah al-Qur’an, meningkatkan kualitas dan kuantitas shalat malam ataupun memperbanyak berdo’a agar diberikan umur dan keselamatan di bulan Ramadhan. Di antara do’a yang diujarkan oleh para ulama salaf dahulu sebagaimana penuturan dari Yahya bin Abi Katsir dengan redaksi sebagai berikut,
اللَهُمَ سَلِمْنِي إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِمْ لِي رَمَضَانَ وَتَسَلَمْهُ مِنِي مُتَقَبَلَا.
“Ya Allah selamatkanlah diriku agar bertemu dengan bulan Ramadhan dan selamatkanlah diriku dari keburukanku untuk bulan ramadhan dan terimalah amal-amal ibadahku di bulan Ramadhan” (Lathaiful Ma’arif : 148)
Para Ulama salaf sebenarnya bahkan banyak berdo’a untuk kebaikan di bulan ramadhan itu jauh enam bulan sebelum datangnya bulan Ramadhan. Sebagaimana penuturan ibnu Rajab sebagai berikut,
كَانُوْا يَدْعُوْنَ اللهَ تَعَالَى سِتَةَ أَشْهُرٍ أَنْ يُبَلِغَهُمْ رَمَضَانَ يَدْعُوْنَهُ سِتَةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَتَقَبَلَ مِنْهُمْ
“Mereka dahulu berdo’a kepada Allah enam bulan lamanya agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan dan kemudian mereka berdo’a enam bulan lamanya agar amal-amal mereka di bulan Ramadhan diterima oleh Allah ‘azza wa Jalla” (Latahiful Ma’arif : 148)
Para ulama berdoa’ begitu sungguh-sungguh ini menunjukan betapa agungnya bulan Ramadhan bagi mereka. Bulan Ramadhan mendatkan perlakuan yang sangat khusus dalam rangkaian tahun perjalanan ibadah mereka kepada Allah. Andaikan mereka bisa meminta kepada Allah, pasti mereka ingin melewati setiap bulan dalam setiap tahun itu adalah bulan Ramadhan.
“لَوْ يَعْلَمُ العِبَادُ مَا فِي رَمَضَانَ لَتَمَنَتْ أُمَتِي أَنْ يَكُوْنَ رَمَضَانُ الَسَنةَ كُلَهَا”
“Kalaulah hamba-hamba itu mengetahui kebaikan yang ada di bulan Ramadhan, pasti umatku akan berangan-angan agar bulan ramadhan terjadi di sepanjang tahun”(Lathaiful Ma’arif : 147)
Kesempatan mulia jika kita masih diberikan kesempatan bertemu dengan bulan Ramadhan. Kita tidak tahu kapan bulan ramadhan terakhir bagi kita semua, atau bisa jadi kita tidak akan bertemu dengan bulan ramadahn kembali. Berdo’alah dengan penuh kerendahan hati di hadapan Allah, agar kita semua mendapatkan kebaikan berlimpah kembali di bulan Ramadhan.
أَتَى رَمَضَانُ مَزْرَعَةُ العِبَادِ … لِتَطْهِيْرِ القُلُوْبِ مِنَ الفَسَادِ
فَأَدِ حُقُوْقَهُ قَوْلًا وَفِعْلًا … وَزَادَكَ فَاتَخِذْهُ لِلمَعَادِ
Bulan Ramadhan datang sebagai tempat menanam hamba-hamba Allah
Untuk mensucikan hati-hati dari berbagai kerusakan
Maka tunaikanlah hak bulan Ramadhan dalam ucapan dan perbuatan
Jadikanlah bekalmu untuk mempersiapkan tempat kembali di hari kiamat. (Lathaiful Ma’arif : 148)
Marhaban Yaa Ramadan.. !