وَٱلَّذِينَ تَبَوَّءُو ٱلدَّارَ وَٱلْإِيمَٰنَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِى صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ أُوتُوا۟ وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِۦ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
Dan penduduk Madinah yang telah beriman sebelum kedatangan Rasul (kaum Anshar) sangat mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka (kaum Muhajirin). Mereka tidak pernah berkeinginan untuk mengambil kembali apa yang telah diberikan kepada Muhajirin. Bahkan, kaum Anshar lebih mengutamakan kebutuhan kaum Muhajirin dibanding diri mereka sendiri, sekalipun mereka sedang dalam kesulitan. Dan orang-orang yang memelihara dirinya dari sifat kikir, itulah orang-orang yang beruntung. (QS. 59: 9).
Sejarah Islam mencatat tinta emas dalam hal persaudaraan kaum Anshar dan Muhajirin. Istilah Anshar tidak bisa dipisahkan dari Muhajirin. Anshar (orang-orang yang menolong) adalah sebutan untuk masyarakat Madinah yang menerima dengan tangan terbuka kedatangan Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Sedangkan Muhajirin (orang-orang yang hijrah) adalah sebutan untuk penduduk Mekah yang hijrah ke Madinah. Mereka terpaksa hijrah, dengan perbekalan seadanya, karena selalu diintimidasi oleh kaum kafir Mekah.
Terdapat banyak kisah yang menakjubkan di antara kedua golongan ini. Kaum Anshar membantu secara totalitas kaum Muhajirin yang menderita. Sebagai gambaran, dalam sebuah hadis dikisahkan bahwa ada seorang Anshar yang rela memberikan hartanya kepada seorang Muhajirin. Kaum Anshar berusaha memenuhi segala kebutuhan Muhajirin, termasuk kebutuhan batin. Bahkan, ada di antara orang Anshar yang mempersilakan Muhajirin memilih salah seorang isterinya untuk dinikahi setelah dia menceraikan istrinya itu.
Istilah Anshar, mestinya tidak hanya tinggal kenangan manis bagi sejarah Islam. Tidak hanya untaian kata yang termaktub di dalam buku-buku sejarah Islam, yang kemudian disampaikan dari mulut ke mulut. Anshar harus selalu muncul dan diciptakan dalam setiap episode sejarah umat Islam. Mereka merupakan simbol masyarakat beradab yang memiliki keimanan dan rasa kemanusiaan sangat tinggi. Mereka tidak minta apapun ketika mengulurkan tangan menolong orang lain. Banyak di antara mereka yang sebelumnya tidak pernah bertemu, apalagi berkenalan. Namun, semua itu tidak menghalangi orang-orang Anshar untuk menyelamatkan kehidupan para Muhajirin. Hanya dasar keimanan mereka lah yang mendasari kaum Anshar untuk menolong kaum Muhajirin.
Saat ini, apalagi masa-masa pandemi belum berakhir, sebagian besar rakyat Indonesia sangat menantikan datangnya kaum Anshar, terutama saudara kita yang sedang mengalami kesulitan hidup. Ekonomi negara kita turun luar biasa, banyak perusahaan yang memberhentikan karyawan. Daya beli masyarakat berkurang, sehingga para pedagang banyak yang gulung tikar. Dalam dunia pendidikan pun masih banyak siswa-siswi yang tidak bisa mengikuti kegiatan sekolah secara daring/online, karena tidak memiliki akses kesana. Mereka terkendala tidak mempunyai HP atau pun kuota.
Ini merupakan saat yang tepat untuk membuktikan kepada Allah bahwa kita memang merupakan hamba pilihan-Nya. Kita buktikan bahwa istilah Anshar bukan hanya kenangan belaka, tapi di buktikan dengan nyata, bahwa kita lah Anshar. Jangan terlalu lama berpikir dan menunggu, sebelum terlambat. Kasihan mereka yang menunggu uluran tangan kita. Kita sedang berlomba dengan malaikat maut yang sudah sejak lama bersiap merenggut nyawa saudara dan bangsa kita. Kita semua harus datang sebagai Anshar bagi mereka, jika tidak ingin diteriaki oleh Allah dan Rasul-Nya sebagai orang yang mendustakan agama.
Dan satu hal lagi yang harus menjadikan bahan renungan bagi kita, jika kaum Anshar dan Muhajirin di identikkan dengan Ormas (organisasi masyarakat) pada saat sekarang, maka kaum Anshar dan Muhajirin adalah ormas terbaik yang pernah ada. Mereka tidak mengklaim yang paling baik, paling Islami, paling ahlu sunnah. Dan tidak mengaku paling Pancasilais jika dikaitkan pada masa kini. Tetapi mereka bahu membahu membangun kota Madinah menjadi kota puncak peradaban dunia.
Kita tentunya berharap ormas-ormas di negara kita tidak saling bermusuhan, bertikai dalam hal-hal yang tidak prinsipil. Tetapi harus bahu-mambahu membangun negeri ini ke arah yang lebih baik. Merekatkan ukhuwah diantara kita, karena kita pada hakikatnya bersaudara.