Headline yang seolah men-judge perempuan dijamin masuk neraka. Padahal, laki-laki pun akan ada yang menjadi bagian dari neraka. Karena memang penghuni neraka tidak hanya perempuan, melainkan laki-laki pun menjadi salah satu penghuninya.
Perempuan Bagian dari Neraka. Perempuan yang seperti apakah? Apakah semuanya?! Jelas, jawabannya, tidak! Tidak semua perempuan masuk neraka. Hanya perempuan-perempuan yang merugi, kelak akan masuk neraka. Peringatan ini datang bukan dari tulisan di lembaran ini, melainkan sudah datang sejak Nabi Muhammad shalla-Llahu ‘alaihi wa sallam menjadi Rasul. Peringatan yang datang dari Allah berupa wahyu kepada utusanNya, tersirat dan tersurat dalam sebuah hadis:
Dari Ibn ‘Abbas, berkata: Nabi Shalla-Llahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku diperlihatkan Neraka ternyata kebanyakan penghuninya adalah perempuan. Karena mereka sering mengingkari. (Seseorang) bertanya: “Apakah mereka mengingkari Allah?” Beliau menjawab, “Mereka mengingkari pemberian suami, mengingkari kebaikan. Seandainya kamu berbuat baik terhadap seseorang dari mereka sepanjang masa, lalu dia melihat satu saja kejelekan darimu, maka dia akan berkata, ‘Aku belum pernah melihat kebaikan sedikitpun darimu.” (HR. Bukhari, Kitab Iman, Bab Mengingkari Pemberian dan Istilah Kekufuran di Bawah Kekufuran, No. 29)
Maka, perempuan yang dijamin masuk neraka adalah perempuan yang kufur nikmat atas kebaikan suami. Matanya tertutup oleh setitik kesalahan suami, sehingga membutakannya dari seluas kebaikan suami. Kekafiran yang dimaksud ini tidak menyebabkan pelakunya otomatis keluar dari Islam. Karena kufur jenis ini masuk pada derajat di bawah kafir kepada Allah. Seperti halnya orang yang mengambil keputusan tidak berdasarkan apa yang diturunkan Allah subhanahu wa ta’ala (QS. Al-Ma`idah ayat 44). Kafir yang dimaksud sama dengan kafirnya perempuan terhadap suaminya. Kafir yang tidak menyebabkan pelakunya keluar dari Islam. (Fathul Bari, 1/137-138).
Ternyata benar adanya bahwa penghuni terbanyak di Neraka adalah perempuan. Sikap pertama yang patut kita hadirkan adalah rasa syukur. Bersyukurlah, wahai perempuan! Bersyukur diciptakan menjadi perempuan di muka bumi. Betapa sayangnya Allah dan Rasulullah terhadap kita, sedari dini didatangkan peringatan, sebagai rambu kuning. Mengingatkan kita agar lebih hati-hati dalam menjalani hidup. Terkhusus, bagi perempuan yang sudah menyandang gelar istri. Agar, lebih berhati-hati dalam bersikap kepada suami. Sebagaimana layaknya peringatan yang menuntut pembacanya untuk berhati-hati. Tanda lalu lintas mengisyaratkan jalan di depan licin, maka pembaca rambu tersebut semestinya berhati-hati dalam berkendara agar tidak terpeleset ataupun celaka. Begitulah semestinya dalam menyikapi hadis tersebut. Berhati-hati agar tidak termasuk perempuan yang mengingkari kebaikan suami.
Sikap kedua yang mesti dilakukan adalah berusaha seoptimal mungkin agar menjauhi diri dari berlaku kufur terhadap kebaikan suami. Berawal dari membiasakan diri dengan sikap qana’ah, selalu bersyukur, zuhud, dan tawadlu’. Kebiasaan baik yang kelak akan menjadi karakter pada diri seseorang merupakan bagian dari ikhtiar menghindari diri dari ancaman pada hadis tersebut.
Qanaah, adalah sikap ridla atau menerima terhadap apa yang Allah ta’ala beri. Merasa cukup dengan apa yang ada. Tidak menuntut sesuatu di luar batas kemampuannya. Dengan membiasakan diri bersikap qanaah, maka akan tercipta rasa syukur atas segala keterbatasan, pun atas segala kelebihan yang telah Allah ta’ala limpahkan. Jiwa yang qanaah pasti selalu beriringan dengan jiwa yang selalu bersyukur. Sehingga kelak ketika menjadi istri akan ridla dan selalu bersyukur atas apa yang diberikan suami.
Zuhud, adalah sikap tidak gila dunia. Dunia berada digenggaman hanya untuk meraih akhirat. Bukan diagung-agungkan dan diprioritaskan, melainkan hanya sebatas penunjang menuju kehidupan abadi di akhirat. Dengan sikap ini akan menjadikan karakter seorang istri yang bisa memanage prioritas keluarganya. Tidak mudah tergiur oleh gerlap gempitanya dunia.
Tawadlu, adalah sikap rendah hati. Lawan dari sifat Takabbur atau sombong. Terbiasa untuk rendah hati, akan membentuk karakter ‘saling’ bukan ‘paling.’ Saling menghargai, saling menghormati, saling memaklumi, dan saling-saling lainnya. Bukan menjadi seorang yang merasa ‘paling’, paling benar, paling baik, paling hebat, paling pintar, dan paling-paling lainnya. Sehingga ketika menjadi seorang istri kelak akan menjadi sosok partner perjuangan, bukan ratu kerajaan.
Dan terakhir, sikap yang perlu dihadirkan agar tidak menjadi bagian dari penghuni neraka adalah berdoa. Perbanyak doa agar dijauhi dari neraka. Perbanyak doa agar menjadi perempuan shalihah. Perbanyak doa agar diistiqamahkan berada di jalan kebaikan hingga ajal menjeput (husnul khatimah). Karena Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu hanya Allah subhanahu wa ta’ala, Dia-Lah yang menentukan surga dan neraka bagi setiap hamba-Nya. Maka, doa dan ikhtiar adalah satu paket yang mesti dilakukan hamba-Nya demi meraih akhir yang terbaik. Meraih surga-Nya.
Wa-Llahu ta’ala a’lam